Kamis, 22 Juli 2021

I love Teh Botol


Ini bermula ketika keisengan gue muncul ingin jalan-jalan malam untuk menenangkan pikiran gue, saat itu gue masih duduk di bangku sekolah menengah atas. tekadang saat pikiran sudah menemukan puncak pusing-pusingnya, tidak ada salahnya untuk pergi sejenak dan tenangkan pikiran. Tinggal di Jakarta memang sudah terlalu penat bangat, setiap tahunnya pasti selalu ada orang baru yang datang ke Jakarta untuk mencoba keberuntungan hidup dan sangat berbanding terbalik dengan orang yang pergi dari Jakarta untuk pindah ke kota lain atau kembali ke kampung halamannya. Untuk kalian yang belum pernah ke Jakarta, lo akan nemuin berbagai jenis menusia dengan pikiran yang beraneka ragam, dari orang yang polos, baik, maupun jahat, Yup, Maklum Jakarta, Ibu kota Indonesia. Jadi inget waktu gue ditanya sama guru SD gue.

"Andri, apa nama ibu kota Indonesia ?" tanya guru SD gue.

" Tahar bu" Jawab gue sambil pegang kepala temen sebangku gue, karena saat itu gue lagi main kelepak-kelepakan kepala sambil nyebut nama bokap. Tahar nama bokap temen gue.

"Dasar bego kamu! Ibu kota Indonesia itu Jakarta" Guru SD gue kesel.

Setiap kota selalu mempunyai identik kotanya masing masing yang memberikan ciri khas tersendiri untuk kota itu, seperti bandung dengan Gedung satenya, Yogyakarta dengan Malioboronya, Palembang dengan Jembatan amperanya dan Jakarta dengan Monasnya. Monas terletak di Jakarta pusat, sebuah bangunan tinggi runcing ke atas dan didalamnya banyak benda benda bersejarah. Tapi kalau ditanya siapa yang belum pernah naik ke atas monas, gue ialah salah satu orangnya.

Keisengan gue membuat gue tiba di Monas malam hari. Ketika lagi nongkrong dipinggiran monas, gue melihat banyak bangat orang-orang disana, dari yang sendiri, berpasangan, maupun dengan keluarga. Ditengah dinginnya angin malam monas dan dibawah langit gemerlap, Gue terfokus dengan salah satu rombongan keluarga yang ingin beranjak dari rerumputan di pinggiran Monas. Dari gelagatnya mereka terlihat orang luar kota, karena pakaian mereka terlihat seperti pakaian yang masih dari pedalaman di hutan Indonesia, yah , gue juga enggak mau terlalu mau ambil pusing siapa mereka. ketika mereka pergi, sepertinya mereka meninggalkan sesuatu disana, gue enggak tau memang tertinggal atau sengaja ditinggal. gue berjalan ke arah benda tersebut, yang gue temuin ialah sebuah boneka jerami kecil, tanpa pikir panjang gue ambil boneka itu dan gue berlari, baru gue berlari sekitar 2 meter ternyata gue sadar kalau rombongan keluarga itu sudah hilang. yah mau gimana lagi, hal hasil boneka itu gue taro dibelakang kantong celana gue. saat itu gw sedang pakai kaos tangan panjang warna merah dan celana jeans yang gue beli di pasar malam.

Ketika gue celingak celinguk dan berharap masih menemukan rombongan keluarga yang jatuhin boneka jerami itu, gue malah ngeliat tukang teh botol, seorang abang abang kiranya berumur 30 tahunan pakai kaos hitam dan celana jeans warna biru. sebenrnya gw lagi pengen yang manis manis kaya duren, gue suka bangat sama duren, saking sukanya waktu SD pagi siang malam gw makan duren terus gw mabok. karena enggak ada duren teh botol pun boleh juga. Gue deketin abang-abang penjual teh botol, abang itu membujuk gue untuk beli teh botol , gue pun terbujuk rayuannya. ketika teh botol sudah gue seruput habis, gue jalan ke arah rerumputan yang tertiup angin malam monas, baru sekitar lima langkah gue berjalan, terdengar suara teriakan yang lantang dari belakang gue, gue nengok, yang gue lihat si abang-abang penjual teh botol manggil gue.

"Mas-mas bayar dulu teh botolnya baru pergi woi" penjual teh botol teriak ke gue. " Oh iya bang, tunggu bentar" gue bales teriakan si abang-abang penjual teh botol sambil berjalan ke dia.

" jadi berapa bang ? " gue tanya sambil ambil dompet di kantong celana dan mata gue menatap kagum ke arah si abang-abang penjual teh botol. Gimana enggak kagum, ada penjual teh botol yang rela berjualan semaleman dan gue yakin dia berjualan untuk menghidupi keluarganya. kalau gue pikir secara mendalam, seketika rasa kagum gue berpindah ke arah teh botol, gimana engga, teh botol mampu menghidupi puluhan keluarga bahkan ribuan keluarga. contoh orang tua yang pusing menghidupi keluarganya tetapi saat mereka keterima di pabrik teh botol, mereka dapat menghidup keluarganya dengan penghasilan dari kerja di pabrik tersebut. sama halnya penjual teh botol, dari keuntungan jual teh botol tersebut, mereka dapat menghidupi keluarga mereka tersebut. Kalau ada kaos yang bertulisan I love Jakarta, I love Bandung, I love Yogya mungkin gue akan lebih pilih I love teh botol.

Baik, kembali ke alur cerita dan berhenti kagum kepada teh botol.

" Seratus lima puluh ribu mas" Sahut si abang-abang penjual teh botol dengan lantang tanpa paksaan dari pihak manapun.

Gue *Bengong* "Serius bang ?" jawab gue *Lanjut bengong lagi* "Iya bener, cepet bayar ?" Bales dari si abang-abang teh botol.

" Yang bener aja bang, masa satu teh botol kaya gini seratus lima puluh ribu?" Bales gw.

"Gw enggak mau tau pokoknya cepet bayar, seratus lima puluh ribu" Si abang-abang teh botol dengan nada agak tinggi.

 "bercanda ya bang ? Bercandaaaa ya bang ? bercandaaaaaaaaaaa ya bang ?" gw jawab itu berulang ulang sambil ketawa tawa meledek si abang teh botol.

" Gue serius .... !" Jawab si abang teh botol sambil menatap mata gue. Gue hanya bisa bengong sambil menatap teh botol.

*Hening*

"Bang, gw enggak punya uang segitu banyak, tapi gw punya ini !" *sambil ngeluarin boneka jerami yang ada di kantong belakang celana gue*

"Apaan tuh ?, gue enggak mau bercanda ?" kata penjual dengan tampang yang serius.

*Crot*

gue tusuk kedua lobang hidung boneka jerami dengan jari telunjuk dan jari tengah gue. "Ini boneka yang bisa santet anak lo bang" Jawab gue sambil tusuk lobang hidung boneka jerami dengan jari gue.

 "Orang gue engga punya anak" *crot* Jawab si abang teh botol sambil tusuk lobang hidung si pemegang boneka jerami *yaitu gue* pake kedua jarinya.

"Ampung bang.. damai aja ya" jawab gue sambil engap engga bisa napas.

*gue keluarin uang 20 ribu dari kantong celana*

Dengan kedua lobang hidung yang masih di colok sama si abang teh botol.

"Nah, gitu damai kan asik, jangan main santet santetan masih muda, enggak bae" jawab si abang teh botol sambil ambil uang dan memasukan kekantong celananya.

 "Belajar yang bener, jangan nongkrong mulu di monas" jawab si abang teh botol yang terlihat belum puas dengan ceramahnya.

"Baik bang" Jawab gw sambil engap-engapan karena kedua jari abang teh botol belum di cabut dari lobang hidung gue.

"Bangg, Bangg, boleh cabut jari lo dari hidung gue" jawab gue yang udah dikit lagi butuh tabung oksigen.

"Oh iya gue lupa, bentar" Jawab si abang teh botol. *si abang teh botol pun cabut jarinya dari kedua lobang hidung gw.

* Akhirnya gue bisa bernapas normal, dan gue berjabat tangan sama si abang teh botol*. Kemudian gue pulang dengan damai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

selamat datang

semoga anda terhibur setelah melihat dan membaca blog ini

berkreasilah sesukamu

berkreasilah sesukamu